Bismillahirahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Blog ini berisi kumpulan artikel yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Selamat datang dan selamat membaca.

Multi Level kecewa

Dalam kehidupan ini kita tentu pernah mengalami perasaan kecewa. Entah itu karena kegagalan dalam perencanaan, tersakiti oleh seseorang yang diluar dugaan, mimpi/cita-cita yang tak kesampaian, bahkan ketika orang yang tidak kenal sama sekali telah menjahati kita. Sakitkah? Pertanyaan itu seharusnya tidak pantas ditanyakan. Tapi tidak baik untuk dipendam. Jawabannya tentu ya. Sangat sakit rasanya hati kita. Terlebih kekecewaan itu disebabkan oleh orang terdekat kita. Tapi tahukah apa itu kecewa dalam arti yang lebih mendalam lagi? Silahkan simak di kbbi.co.id

Setelah membaca pengertian kecewa menurut KBBI di atas, tentunya sudah faham arti dari kata kecewa? Ya, pada intinya kecewa itu suatu hal yang tidak enak alias tidak nyaman. Bahkan kalau bisa diri kita tidak usah menemui kekecewaan dalam hidup ini.

Sayangnya hal itu tak bisa dihindari. Sebagai manusia normal, kita mempunyai segudang keinginan dalam hidup. Ingin bahagia, ingin sehat, ingin lebih baik lagi dan selagi masih ada rasa ingin di dalam diri kita, maka kecewa akan selalu mendampingi.

Lalu apa yang harus kita perbuat? Kembalikan kepada Sang Pencipta. Karena saya Muslim, saya mengembalikannya kepada Allah yang menciptakan saya dan seluruh alam ini. Bila kita tidak berserah kepadaNya, hidup kita akan semakin terpuruk kedalam level kekecewaan yang lebih tinggi lagi.

Kenapa kekecewaan ada levelnya? Alasannya cukup sederhana. Bila kita tidak bisa mengendalikan rasa kecewa, fikiran kita akan terus menterjemahkan rasa kecewa menjadi sikap atau perbuatan. Perbuatan ini biasanya mengarah kepada hal-hal negatif. Akibatnya, rasa kecewa dapat menimbulkan rasa tidak percaya kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Selain itu akan menimbulkan rasa takut atau was-was. Dari permasalahan tersebut, bukan tidak mungkin orang lain dapat tertular kekecewaan dari kita. Dari orang yang kita tularkan rasa kecewa itu, ia akan menularkan lagi kepada orang lain, begitu seterusnya.

hmmm! seperti multy level ya? Tentu saja. Kita ambil contoh: Saya dikecewakan si a. Tentu seterusnya saya tidak percaya lagi padanya dan merasa kapok. Disaat si B mengajak saya kerja sama yang benar-benar membutuhkan andil saya, tetapi dalam persoalan itu si A pun berada pada kelompok si B. Karena saya sudah pernah dikecewakan si A, saya tidak jadi masuk ke dalam keanggotaan si B. Tentu si B yang sangat berharap dengan saya menjadi kecewa atas sikap saya. Bayangkan kalau seterusnya begitu. Tentu bisa-bisa semua orang akan merasa kecewa.

Apa dampak kita mennyerahkan kepada Sang maha pencipta? Tentunya hati kita akan lebih tenang serta fikiran kita dapat dikendalikan. Kalau fikiran sudah terkontrol, rasa kecewa akan berubah menjadi kewaspadaan. Setelah dikecewakan si A, dan ada tawaran dari si B yang ternyata si A masuk kedalamnya, saya menimbang dulu apakah si A akan kembali mengecewakan atau dia sudah berubah atau si B akan bisa mengatasi ulah si A. Dengan begitu, si B tidak akan kecewa kepada saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar